09/04/18

Bincang Lagu: Gajah

Lepas Isya, saya mengumpulkan anak-anak. Mereka duduk masing-masing di kursi meja makan yang hanya berjumlah empat itu.
"Karena hari ini pada nggak ngaji, Abi mau cerita tentang lagu gajah," ucap saya kepada mereka. Dengan kemampuan berbahasa mereka sekarang, rasanya sudah saatnya mengajak mereka mengapresiasi syair, sastra, juga lagu. Mengajari mereka bahwa lagu tak hanya lagu, tapi ada syairnya yang membuatnya pantas untuk dinyanyikan oleh lisan mereka atau tidak.
Tak terlalu sulit menarik perhatian mereka dengan cerita kehebatan gajah dalam bait pertama lagu yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Tulus tersebut.
Setidaknya punya tujuh puluh tahun
Tak bisa melompat kumahir berenang
Bahagia melihat kawanan betina
Berkumpul bersama sampai ajal
Besar dan berani berperang sendiri
Yang aku hindari hanya semut kecil
Otak ini cerdas kurakit perangkat
Wajahmu tak akan pernah kulupa
Bait tersebut diputar dan diulang beberapa kali sampai mereka memahami kata demi kata yang diucap. Mereka senyum-senyum mendengar suara fals bapaknya yang sesekali ikut menyanyi untuk memperjelas kata. Si kakak beberapa kali mengacungkan jarinya izin bertanya untuk memperjelas cerita, atau membantah penjelasan Bapaknya.
"Tahu gak kenapa Tulus bisa ngerti banyak tentang gajah?" tanya saya yang dijawab dengan gelengan kepala.
"Ternyata dulu dia diledekin teman-temannya dengan panggilan 'gajah'." Mereka semakin tertarik membahasnya.
Waktu kecil dulu
Mereka menertawakan
Merka panggil ku gajah
Ku marah....
Seperti semua anak-anak, panggilan "Gajah" tak disukai oleh Tulus kecil.
"Maka jangan pernah ngejek orang lain, bahkan kalau kalian melihat tubuhnya aneh, orangnya aneh. Karena dia pasti gak akan suka."
"Gimana kalau kita yang diejek, bi?" tanya salah satu anak kami. Lalu tiba-tiba matanya berair sampai harus diseka dengan tangannya.
Pancingan saya berhasil, Bedah lagu ini sebenarnya memang untuknya.
"Aku sebenarnya pengen pindah sekolah, biar gak diledekin lagi," lanjutnya sambil sesekali menyeka matanya. Sebenarnya ini bukan pertama kali ia mengungkapkan ketidaknyamanan dengan teman-temannya. Dengan tipe anak yang kutu buku dan tak begitu menyukai kegiatan fisik, salah satu hal yang jadi bahan olokan teman-temannya adalah ketidakpandaiannya berenang. Maka jadwal berenang jadi beban berat untuknya.
Saya biarkan ia bercerita, menghabiskan semua perasaannya. Baikkah membiasakan anak mengadukan teman-temannya? Ini bukan soal ngadu mengadu. Ini soal bagaimana anak menghadapi masalahnya. Ketika ia mengukur masalahnya sudah terlalu berat, ia harus terbiasa lari ke orang yang tepat. Mentabukan aduan, membuat masalah baru terdeteksi ketika meledak. Berapa banyak penjahat yang setelah tertangkap baru mengungkap trauma masa kecil mereka yang tak tertangani? Sementara sebagian kita, menganggap anak yang mengadu adalah sebuah kejahatan.
"Emang kalau pindah sekolah, gak ada lagi teman-teman yang akan mengolok-olok?" tanya saya padanya.
"Coba dengerin lanjutan lagunya deh"
Kini baru ku tahu
Puji didalam olokan
Mereka ingatku marah
Jabat tanganku panggil aku gajah
"Setelah besar," lanjut saya, "Tulus tahu ternyata gajah yang dulu namanya tidak disukainya, punya banyak sekali kebaikan. Dan mereka memanggilnya 'Gajah' tak benar-benar karena mereka tak suka, bisa jadi karena ada kelebihan yang tak mereka punya."
Kau temanku kau doakan aku
Punya otak cerdas aku harus tangguh
Bila jatuh gajah lain membantu
Tubuhmu disituasi rela jadi tamengku
"Ingat bahwa mereka adalah teman-temanmu. Mereka -selain saat berenang itu- sebenarnya baik kan?" ia mengangguk. Di luar konflik-konflik yang terjadi, mereka berteman. Maka saya berusaha hindari memprovokasinya untuk membenci teman-temannya.
Kecil kita tak tahu apa-apa
Wajar bila terlalu cepat marah
Kecil kita tak tahu apa-apa
"Abaikan saja kalau ada yang bikin gak nyaman. Mereka belum ngerti, masih kecil. Atau sampaikan ke mereka kalau kamu gak suka diolok-olok."
Yang terburuk kelak bisa jadi yang terbaik
Yang terburuk kelak bisa jadi yang terbaik
"Tau gak, hidup kalian itu masih panjang," ucap saya kepada mereka. Bertiga diam.
"Bisa jadi, saat besar, kalian akan lebih hebat dari teman-teman yang lain. Atau justru ada teman yang jadi lebih hebat daripada kalian."
"Maka jangan pernah mengolok-olok teman. Coba bayangin, malu gak kalau teman yang diolok-olok nanti jadi lebih hebat dari kalian?" Senyum tersungging di bibir mereka.
Saya tahu, mereka pun juga berpotensi mengolok-olok teman-teman mereka. Dalam urusan bully, tak cukup hanya mengajari mereka tahan bully, tapi juga harus tahan untuk tidak membully.
Setelah diulang beberapa kali, mereka mulai hafal dengan lagunya, dan bisa menirukan reff beberapa kali.
Kau temanku kau doakan aku
Punya otak cerdas aku harus tangguh
Bila jatuh gajah lain membantu
Tubuhmu disituasi rela jadi tamengku
Mereka sedang dalam satu fase. Fase ketika mulai menyadari ada hal-hal yang kurang dari diri mereka yang berpotensi menjadi ejekan. Karena mereka manusia, kekurangan itu akan selalu ada di diri mereka sampai mati. Potensi untuk diejek orang akan ada sampai mereka mati. Maka kalau tak segera bisa keluar dari masalah itu, sampai mati hanya akan dihantui oleh bully yang sekarang semakin ganas menerjang siapa saja melalui jari-jari yang seakan tak terhubung neuron-neuron kebijaksanaan.


07/02/17

Agar Tidak Salah Lagi Setelah Tax Amnesty


Apa beda Bulan Maret 2017 dengan bulan-bulan Maret sebelumnya? Bulan Maret 2017 merupakan batas waktu penyampaian SPT Tahunan Orang Pribadi pertama setelah diberlakukan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak yang populer dengan sebutan “Tax Amnesty”. Biasanya orang berbondong-bondong melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan-nya pada Bulan Maret, sampai-sampai hampir seluruh Kantor Pelayanan Pajak penuh dengan Wajib Pajak dan server Direktorat Jenderal Pajak tak mampu melayani Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan secara online. Pertanyaan kita, apakah kualitas penyampaian SPT Tahunan tahun ini akan sama dengan tahun-tahun lalu, ataukah Direktorat Jenderal Pajak mampu memperoleh data yang lebih akurat dari SPT Wajib Pajak dan mampu meningkatkan penerimaan pajak melalui data yang diperoleh selama periode Tax Amnesty? Lebih jauh, apakah kesadaran Wajib Pajak dapat meningkat untuk melaporkan pajaknya secara benar pasca Tax Amnesty?
Gambar nyomot di https://id.techinasia.com/aturan-pajak-yang-harus-diketahui-founder-startup-indonesia
Dominasi Wajib Pajak Orang Pribadi
 
Berdasarkan data yang dirilis Direktorat Jenderal Pajak di http://www.pajak.go.id/statistik-amnesti terlihat bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi mendominasi jumlah rupiah yang berhasil dihimpun Pemerintah melalui program Tax Amnesty. Sekitar 87,2% dari total 104 Trilyun uang tebusan dibayar oleh Wajib Pajak Orang Pribadi (data per 23 Januari 2017). Statistik yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Pajak tersebut memang tidak menyebutkan secara pasti jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang mengikuti Tax Amnesty. Akan tetapi dengan prosentase tersebut, dapat kita asumsikan bahwa jumlah peserta Tax Amnesty didominasi oleh Wajib Pajak Orang Pribadi.

Sebagian kalangan menilai bahwa jumlah tersebut masih sangat kecil dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar. Namun sebenarnya, untuk mengukur respon masyarakat terhadap program Tax Amnesty tidak bisa hanya dilihat dari seberapa banyak Wajib Pajak yang mengikuti program Tax Amnesty dan membayar tebusan, akan tetapi juga harus dilihat pula jumlah Wajib Pajak yang tidak mengikuti Tax Amnesty, namun selama periode Tax Amnesty mereka berusaha membenahi kewajiban perpajakannya seperti melaporkan  Surat Pemberitahuan (SPT) yang belum mereka laporkan ataupun melakukan pembetulan SPT yang sudah mereka laporkan akan tetapi data yang disampaikan belum benar. Aksi melaporkan maupun membetulkan SPT yang dilakukan dalam periode Tax Amnesty tersebut seharusnya juga dapat disebut sebagai respon Wajib Pajak atas program Tax Amnesty.

Meskipun tentu saja berbeda antara Wajib Pajak yang mengikuti program Tax Amnesty dengan membayar sejumlah uang tebusan yang disetorkan kepada negara dengan mereka yang ‘sekedar’ membetulkan SPT Tahunannya. Mereka yang mengikuti program Tax Amnesty tentu saja sudah membantu pemasukan negara, dan akan mendapatkan pengampunan atas kewajiban perpajakan sampai dengan Tahun 2015 yang belum atau belum sepenuhnya diselesaikan oleh Wajib Pajak. Sedangkan mereka yang tidak mengikuti program Tax Amnesty -termasuk yang hanya melakukan pembetulan SPT- tidak akan mendapatkan pengampunan tersebut, sehingga ketika di kemudian hari ditemukan data baru dapat dikenakan ketentuan sesuai dengan perundangan yang berlaku.

Pasca Tax Amnesty


Perlu diperhatikan bahwa kewajiban perpajakan yang mendapat fasilitas pengampunan adalah kewajiban perpajakan sebelum Tahun 2015. Artinya, Wajib Pajak harus memperhatikan kewajiban perpajakan mereka untuk Tahun 2016 dan tahun-tahun berikutnya, termasuk kewajiban untuk menyampaikan SPT Tahunan. Sebagaimana kita tahu, SPT Tahunan paling lambat disampaikan oleh Wajib Pajak pada akhir bulan Maret tahun berikutnya untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan akhir bulan April tahun berikutnya untuk Wajib Pajak Badan.

Dengan banyaknya Wajib Pajak Orang Pribadi yang mengikuti program Tax Amnesty sesuai dengan data yang disebutkan di atas, maka bulan Maret 2017 seharusnya menjadi momen penting bagi peningkatan kepatuhan Wajib Pajak khususnya Wajib Pajak Orang Pribadi. Wajib Pajak yang telah mendapatkan pengampunan seharusnya tidak melakukan kesalahan yang sama, seperti lalai menyampaikan SPT Tahunan maupun menyampaikan SPT Tahunan dengan tidak benar,  sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Begitupun juga Wajib Pajak yang melakukan pembetulan SPT Tahunan.

Kelalaian penyampaian SPT Tahunan biasanya terjadi karena minimnya awareness Wajib Pajak meskipun sudah disosialisasikan secara massif. Kelalaian ini juga bisa terjadi ketika misalnya seorang karyawan merasa bahwa penyampaian SPT Tahunan merupakan kewajiban kantor atau perusahaannya. Padahal penyampaian SPT Tahunan adalah kewajiban masing-masing Wajib Pajak karena ia sendiri yang mengetahui harta dan kewajiban yang dimiliki, dan juga penghasilan lain selain dari gaji yang mungkin ada. Sedangkan ketidakbenaran data yang disampaikan dalam SPT biasanya disebabkan karena merasa aman dari pengawasan pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, yang dianggap tidak memiliki data untuk membuktikan ketidakbenaran SPT yang disampaikan Wajib Pajak.

Setelah Wajib Pajak mengikuti Tax Amnesty atau membetulkan SPT Tahunan-nya sebagai respon atas Tax Amnesty, seharusnya kelalaian dan ketidakbenaran data itu tidak terulang lagi. Wajib Pajak menjadi sadar bahwa SPT Tahunan wajib dibuat sendiri olehnya dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Selain itu, dengan data yang ditulis sendiri oleh Wajib Pajak yang mengikuti Tax Amnesty maupun yang membetulkan SPTnya, seharusnya tidak ada lagi perasaan aman ketika menyampaikan SPT yang tidak benar.

Lapor SPT, Jangan Salah Lagi


Memang, data yang disampaikan ketika Tax Amnesty adalah data berupa harta yang dimiliki oleh Wajib Pajak. Pun demikian dengan data yang disampaikan dalam SPT pembetulan oleh Wajib Pajak, kebanyakan juga membetulkan harta yang belum dicantumkan dalam SPT yang sudah disampaikan. Harta yang dimiliki seseorang tentu saja tidak dikenakan Pajak Penghasilan. Akan tetapi perlu diingat bahwa sangat terbuka kemungkinan atas harta yang dilaporkan tersebut, Wajib Pajak memperoleh tambahan kemampuan ekonomis yang seharusnya dikenakan Pajak Penghasilan. Contoh, seorang karyawan memiliki beberapa properti termasuk rumah tinggal, apartemen, dan tanah perkebunan. Selama ini, karyawan tersebut hanya melaporkan penghasilan dari gaji yang diterimanya secara rutin dari perusahaan. Padahal, atas apartemen dan tanah perkebunan tersebut, ia juga memperoleh penghasilan dari sewa maupun dari usaha lain. Nah, seharusnya penghasilan dari selain gaji yang diterima rutin oleh perusahaan (dan biasanya sudah dipotong pajaknya) tersebut juga dilaporkan dalam SPT Tahunannya.

Oleh karena itu, mari jadikan momen penyampaian SPT Tahunan 2016 yang akan berakhir pada Maret dan April 2017 nanti sebagai momentum peningkatan kepatuhan perpajakan kita.
Pertama, sampaikan SPT Tahunan sebelum jatuh tempo.
Kedua, masukkan semua aset ke dalam SPT, termasuk aset yang diikutkan Tax Amnesty
Ketiga, sampaikan SPT Tahunan dengan data yang sebenar-benarnya, termasuk penghasilan-penghasilan lain dari asset yang kita miliki.


Karena APBN Indonesia sebagian besar dibiayai oleh pajak, sehingga sukses tidaknya pembangunan negara kita bergantung pada benar tidaknya kita dalam memenuhi kewajiban perpajakan kita.Mau kan negara kita jadi makmur dan sejahtera?

10/01/17

Curug Putri: Air Terjun Ekstrim di Banten

Weekend kemarin ada jadwal untuk outing bersama beberapa kawan. Seperti biasa, ketika outing bersama teman atau kolega, saya akan meminta izin apakah memungkinkan membawa sebagian anak-anak saya. Kebiasaan itu saya lakukan agar keluarga tidak kehilangan hak-haknya, begitu juga saya bisa menjalankan kewajiban-kewajiban yang kadang harus mengorbankan waktu libur kami.

Setelah diskusi, ikutlah mas dan kakak. Destinasi utama adalah ke Pantai Carita dilanjut dengan air terjun di depan Pantai Carita. Perjalanan dari Jakarta memakan waktu kurang lebih 3 jam dengan kondisi lancar. Menyusuri pinggir Pantai Anyer, sampai di Carita Seapark, kami belok ke kiri. Jalanannya kecil, tepat di seberang Carita Seapark. Sangat kontras dengan pemandangan pantai, kami langsung disuguhi jalan yang menanjak dengan kanan kiri hutan. Kondisi jalan awalnya adalah beton, tapi kemudian ketemu dengan jalanan berbatu yang tidak rata. Beberapa kali terasa bagian bawah mobil mentok batu karena kurang hati-hati dalam memilih jalan. Kira-kira 10 menit perjalanan, kami sampai ke tempat parki mobil. Tidak begitu luas, tapi muat untuk sekitar 10 mobil. Penjaga parkir mengatakan bahwa kami harus berjalan 200 m untuk mencapai pos pertama.Bisa naik ojeg sebenarnya, tapi si kakak dengan mantap memilih jalan kaki. "Biar seru!", katanya.
Mas dan Kakak jalan kaki dari parkiran menuju pos pertama
Sesampainya di pos pertama, kami bertemu dengan petugas penjaga. Sempat diingatkan agar berhati-hati karena membawa anak kecil, mengingat medannya yang jalan setapak dengan jurang yang cukup dalam. Sempat merasa tidak enak mendapat peringatan seperti itu, tapi karena sudah sampai sana, bismillah semoga tidak apa-apa. Di pos pertama, ada beberapa penjual makanan. Kami memutuskan mengisi perut terlebih dahulu dengan sepiring mie instan. Harganya wajar. Rp. 10.000 dengan telur. 

Setelah cukup kenyang, kami mulai berjalan. Tak jauh dari warung, kami langsung bertemu dengan jalan setapak. Track-nya mirip dengan track ketika kita naik gunung. Setapak, melewati pohon-pohon yang tumbang, naik turun, sesekali melewati mata air yang jernih.
Tracking tersebut memakan waktu kurang lebih 1 jam, lalu kami sampai di sebuah Curug. Saya lupa namanya. Tapi kami justru sampai di atas curug tersebut. Baru kali ini saya menikmati curug justru dari atasnya. Biasanya kan dari bawahnya. Karena penasaran, kami coba untuk turun, berharap akan bisa bermain-main air terjun di bawah sana. Jalanannya curam dengan batu-batu besar. Tapi anak-anak bisa sampai bawah. Sesampai di bawah ternyata kami di posisi agak jauh dari air terjun, tidak punya bisa menikmati pemandangan air terjun karena posisinya menikung. Untuk benar-benar sampai di air terjun masih harus melewati sungai yang sayangnya cukup dalam. Jadilah dengan kecewa kami naik lagi.
Untuk mencapai air terjun harus melewati sungai yang sepertinya dalam itu

Beberapa guide menyarankan kami untuk melanjutkan perjalanan ke Curug Putri. 
"Hanya 300 meter sampai pos penjagaan pak, setelah itu lanjut menyusuri sungai", kata mereka berusaha meyakinkan kami. Anak-anak sebenarnya sudah merasa capek dan ingin bermain air di sungai saja. Tapi karena juga penasaran, saya coba bujuk untuk mau jalan sedikit lagi. 

Sampai di pos, ternyata sudah banyak sekali pengunjung di sana. Penjaga menjelaskan kepada kami untuk menitipkan semua barang yang tidak tahan air. 
"Bisa bawa kamera gak mas?"
"Nanti harus berenang, pak. Susah bawa kamera", jelas mereka
"Aman gak ni bawa bocah?"
"Aman pak. Kemarin ada yang lebih kecil, pak. Di sana banyak pemandu."

Kami membayar Rp. 15.000,00 per orang, menitipkan semua barang termasuk sepatu, lalu mulai menyusuri sungai. Tidak mudah karena banyak batu-batu baik besar maupun kecil. Tak berapa lama, kami langsung ketemu dengan dinding batu di kanan kiri sungai yang menjulang tinggi. Bertekstur halus dengan gurat-gurat alami akibat goresan air. Jarak antara dinding batu antara 5-2 meter, semakin dekat dengan curug, semakin sempit. Udara cukup dingin. Lalu kami sampai pada sungai yang cukup dalam. 3 meter berdasar informasi dari guide. Kami diberi pelampung, lalu berenang dengan bantuan sebuah tali yang diikat dan dijaga oleh petugas. Anak-anak? Mereka naik ke punggung guide yang bolak-balik berenang untuk membantu yang kesulitan. 
Anak-anak memakai pelampung, terlihat dinding batu dengan jarak cukup sempit
Setelah berenang, memanjat sebuah gerojogan kecil, lalu berenang lagi, akhirnya sampai di destinasi yang disebut Curug Putri itu. Arusnya deras, udaranya dingin, karena baju juga tidak mungkin tidak basah kuyup. dan ternyata curugnya hanya sebuah air terjun pendek. Lebih mirip gerojogan di sungai-sungai kecil. Pemandangan bagusnya ada pada dinding batu yang mengapit sungai tersebut. 

Tak berapa lama, kami memutuskan untuk kembali ke pos. Banyak pengunjung, jadinya tidak nyaman untuk berlama-lama di sana, selain juga sudah mulai kedinginan. Ketika balik harus berenang lagi, menyusuri sungai lagi. Si kakak sudah mulai rewel tidak mau jalan. Karena kasihan, saya gendong sambil jalan menyusuri sungai. Karena batu-batuannya cukup banyak, kami malah tergelincir dan kakak terbanting ke sungai. Alhamdulillah ada teman yang sigap menolong dan ganti menggendong si kakak. Tak berapa lama, teman saya juga jatuh. Jadilah si kakak jatuh dua kali. 
mengembalikan mood kakak setelah berkali-kali jatuh, dengan segelas minuman hangat
Setelah semuanya pulih, semangat pulih, fisik juga pulih setelah beristirahat sebentar, kami langsung berjalan menuju pos awal. 1,5 jam perjalanan lagi. Tentu butuh ekstra kata-kata motivasi untuk meyakinkan bahwa anak-anak masih kuat berjalan. Motivasi mereka, sampai mobil, ketemu AC, lalu bermain di pantai.
Jalan setapak yang langsung berbatasan dengan jurang
Tidak sabar sampai ke parkiran mobil meski sebenarnya sudah sangat capek
Setelah berjalan hampir 1,5 jam, sampai juga di tempat mobil di parkir. Langsung keluar kawasan hutan, bertemu dengan pantai dan mencari spot pantai yang tidak terlalu ramai untuk disinggahi. 
Dikejar ombak
Dan selesailah petualangan hari itu. Sayang, jalan pulangnya macet karena bersamaan dengan bubarnya orang-orang yang menikmati sunset. Mampir ke warung padang untuk mengisi perut yang keroncongan, lalu pulanglah kami dengan dengkuran anak-anak di jok belakang mobil.



26/09/16

Belajar Sepatu Roda Untuk Anak

Lama sekali blog ini tak pernah tertengok sampai berdebu. Musim Pilkada, semua orang membicarakan calon kepala daerah. Tapi bagaimana kalau kita bahas musim yang lain? Musim sepatu roda.

Jadi, entah bagaimana tiba-tiba semua anak-anak sekarang memiliki in line skate alias sepatu roda dengan warna-warna dan corak yang menggoda hati. Hatinya anak-anak tentu saja. Di kampung saya di selatan Jakarta, di jalan sempitnya yang beraspal kasar pun, sore-sore sering terlihat anak-anak berjalan tertatih memakai sepatu roda mereka. Saling berpegangan agar tidak jatuh.

Nah, kebetulan si drama queen "kakak", gadis kami di rumah hobi sekali bermain sepatu roda. Meski tidak bisa dibilang jago, tapi ya lumayan lah. Dan dia main sebelum sepatu roda ini tiba-tiba jadi musim seperti sekarang ini. Maka ketika di taman, di kampus STAN, di pusat perbelanjaan yang mengizinkan pengunjung memakai sepatu roda lalu dia enjoy ke sana kemari dengan in line skate nya dan beberapa orang bertanya bagaimana cara biar bisa sementara anaknya belum bisa, itu ya karena latihannya dah lama. dah berbulan-bulan yang lalu. Jatoh-jatohnya, lebamnya udah gak keitung sampai akhirnya bisa meluncur seperti sekarang. Sementara anak-anak yang lain, karena baru musim, baru saja beli dan baru saja belajar. Jadi si kakak suka keliatan jago dibandingkan yang lain, padahal ya karena lebih dulu latihan dibanding yang lain.

Sekarang, yuk kita bahas tentang sepatu roda untuk anak. Dulu, kami beli sepatu roda niatnya untuk si Mas, agar lebih punya sarana untuk bergerak dan menghabiskan energinya. Awalnya semangat banget, tapi sekali dua kali jatoh terus udahan. Cuma sesekali saja mau main lagi. Sementara si kakak, jatoh berkali-kali tetap penasaran gimana caranya bisa main sepatu roda itu. Sepatu roda pertama (karena sekarang sudah ada yang kedua) yang kami beli untuk mereka, entah merknya apa. Waktu itu karena hanya iseng, yang penting murah, rodanya bulat dan bisa menggelinding. Belakangan baru nyadar, ternyata milih sepatu roda itu tidak sembarangan. Makanya, mumpung masih musim, siapa tahu ada yang ingin anaknya bermain sepatu roda daripada bermain gadget di kamar.


Memilih Sepatu Roda
Bagaimana cara memilih sepatu roda untuk anak? Sekarang banyak sekali produsen sepatu roda, mulai harga 100 ribuan (mendekati 200 ribu sih) sampai yang harganya jutaan. Bedanya apa? Merknya beda, kualitasnya juga beda lah. Karena kita membicarakan sepatu roda untuk anak, kadang sayang beli yang mahal-mahal tapi anaknya bosenan atau tidak serius mau belajar. Tapi beli yang murah ternyata (seperti yang saya rasakan) juga sayang juga karena kualitasnya yang tidak bagus. Intinya, karena produsen in line skate sekarang mirip-mirip barangnya, pilihlah yang rodanya dari karet. Karena ada sepatu roda yang rodanya dari PVC alias plastik. Bunyinya "cethok-cethok" kalau buat jalan. Sepatu roda yang bannya dari karet membuat anak lebih mudah belajar karena lebih mudah meluncur sehingga membutuhkan tenaga yang lebih sedikit. Selain itu, ukurannya juga harus diperhatikan. Hampir semua model in line skate sekarang bisa di-adjust ukurannya. Misal S untuk ukuran sepatu 29-34 (beda-beda setiap jenisnya). Yang pasti jangan beli sepatu yang kekecilan, tapi juga jangan yang kegedean banget. Gak enak lah pastinya kalau kegedean. Walaupun sebenarnya si kakak belajar dengan sepatu yang kegedean dan bannya dari PVC. Ya bisa-bisa aja sih. Tapi akhirnya ya kami harus keluar uang lagi untuk beli sepatu yang lebih nyaman karena sering banget mainnya. Yang foto warna biru putih itu sepatu roda yang buat belajar. Foto yang bawah, sepatu roda baru yang harganya dua kali lipat, wkwkwkwk.

Tempat Belajar

Kalau udah beli sepatunya, yang jadi tantangan kita sekarang adalah di mana bisa bermain sepatu roda. Di jalan? Di mall? Di rumah? Yang pasti tidak semua mall mengizinkan pengunjungnya untuk memakai sepatur roda. Apalagi yang baru belajar. Kalau di jalan terlalu berbahaya bisa ketabrak kendaraan. Di rumah? Si kakak di dalam rumah juga pakai sepatu roda sih. Tapi ya hanya meluncur 3 4 meter terus nabrak tembok. Salah satu tempat yang direkomendasikan untuk belajar adalah di lapangan basket. Tentu kalau pas gak dipakai. Atau lapangan yang sejenis dengan itu lah. Yang diplester halus dan cukup luas tempatnya. Baru nanti kalau sudah bisa, bisa bermain di tempat lain.

Bagaimana Mengajari Anak Bermain Sepatu Roda?

Yang harus diingat adalah, jangan sampai justru orang tuanya yang berambisi anaknya bisa bermain sepatu roda. Karena liat anak tetangga udah bisa, misalnya. Karena tidak semua anak akan nyaman bermain sepatu roda sebagaimana tidak semua orang tua mau disuruh belajar nyetir mobil. Kalau anaknya memang mau, ya baru dibelikan sepatu roda dan diajari. Ditemani belajarnya jangan disuruh belajar sendiri.

Keterampilan mendasar bermain sepatu roda adalah berdiri dengan sepatu roda. Maka pertama kali, ajaklah anak di tempat yang berumput, lalu disuruh berdiri. Berdiri saja, belajar jaga keseimbangan. Setelah itu baru coba berdiri di lapangan basket tadi. Kalau sudah nyaman, coba minta untuk berjalan seperti biasa. Biarkan berjalan sendiri, tanpa dipegangi. Saya sampai sekarang tidak bisa bermain sepatu roda, tapi karena anak-anak ingin belajar, maka saya ajari mereka. Lebih tepatnya saya temani mereka belajar. Dan inti dari bermain sepatu roda kan meluncur. Maka berjalan saja sampai nanti bisa meluncur. Semakin banyak latihan maka akan semakin terbiasa dan semakin ringan untuk meluncur. Tips sederhana agar tidak jatuh ke belakang, minta si anak untuk memegang lutut. Lututnya sendiri, bukan lutut bapaknya. Karena yang paling sakit saat jatuh dari sepatu roda adalah jatuh ke belakang, karena sampai sekarang cuma nemu protektor lutut, siku dan tangan dan belum nemu tempat yang jual protektor pantat.

Nah, setelah bisa meluncur dan gak jatoh, baru nanti mikir bagaimana cara ngerem, cara belok, dan sebagainya.

Masih bingung? Search di youtube bagaimana cara belajar sepatu roda. Bejibun, dari yang ngajarin beneran sampai yang cuma aplot video anaknya belajar sepatu roda yang juga belum bisa. Selamat mengajari anak-anak bersepatu roda!

Ads Inside Post