Cinta dan jodoh itu menjadi salah satu misteri Tuhan yang
paling misteri. Mencari pasangan untuk dinikahi menjadi hal yang tak kalah
misterinya. Kadang ada yang begitu mudahnya menemukan jodoh, kadang ada yang
harus bersabar sampai bahkan teman-temannya memiliki anak remaja tapi kita tak
kunjung menemukan jodoh kita. Berminat untuk menemukan jodoh melalui proses
ta’aruf?
1.
Ta’aruf sebenarnya berarti kenalan
Seperti dalam pepatah, Tak Kenal Maka Ta’aruf. Ta’aruf itu sebenarnya
artinya kenalan. Tapi artinya mulai menyempit menjadi kurang lebih “berkenalan
dengan calon pasangannya”.
Maka jangan sekali-kali mengatakan kepada yang baru ditemui:
“Assalamu’alaikum ukhti, boleh saya taaruf dengan ukhti?”
*maksudnya ngajak kenalan, tapi ukhtinya akan nangkep lain*
![]() |
Tak Kenala Maka Ta'aruf via tabirjodoh.com |
2.
Istilah ta’aruf yang semakin popular dengan
novel Ayat-ayat Cinta
Sebenarnya ta’aruf itu untuk mempertemukan dua orang yang sama-sama ingin
menikah dalam rangka menemukan kecocokan. Dua orang yang dijodohkan, berusaha
untuk menggali hal-hal yang bisa membangkitkan benih-benih rasa suka dan bibit
cinta di antara keduanya.
![]() |
ayat-ayat cinta via arfiantscream.com |
3.
Motivasi akan menentukan kualitas ta’aruf
Apa motivasimu menikah? Apa motivasimu menjalani ta’aruf?
Atau karena ingin menggenapkan separuh dien, menjalankan sunnah nabi yang
mulia, tanpa tercemar cara-cara yang tak disukaiNya?
Motivasi ini akan sangat menentukan kualitas ta’aruf, karena proses
ta’aruf adalah proses sangat serius yang membutuhkan niat yang lurus.
4.
Pilih Perantara yang baik dan bisa kamu percaya
Ta’aruf itu bukan perkara main-main. Maka pilihlah orang-orang yang
benar-benar bisa kamu percaya untuk memfasilitasi ta’aruf itu. Bisa ustadz,
bisa guru ngaji, bisa kyai, bisa orang tua, bisa teman, bisa pasangan (kalau
kamu mau nikah lagi).
![]() |
Pilih perantara yang baik via aulia87.wordpress.com |
5.
Tentukan kriteria pasangan yang kamu inginkan
Memang, dalam taaruf kita bebas menentukan kriteria pasangan yang kita
inginkan. Kriteria itu biasanya diucapkan atau ditulis dalam semacam proposal,
untuk kemudian ditindaklanjuti oleh perantara kita.
“Ustadz, saya mau menikah”
“Akhwat seperti apa yang antum inginkan, akh?”
“Yang sederhana saja ustadz. Tinggi, putih, dan cantik. Kalau bisa mandiri secara keuangan”
Zzzzzz…
6.
Fleksibel dalam kriteria
Kamu harus menentukan mana kriteria pokok, mana kriteria sampingan.
Kriteria pokok : Salih, tidak merokok
Kriteria sampingan: sudah punya rumah, punya mobil, punya tabungan, punya
pembantu, punya pekerjaan tetap, tampan, baik hati, suka menolong, rajin
menabung.
Hampir mustahil menemukan orang yang memenuhi semua kriteria yang kamu
harapkan.
Maka bernegosiasilah dengan dirimu sendiri. Utamakan kriteria pokok
daripada kriteria tambahan. Yang penting salih/salihat bukan?
7.
Jujur dalam berta’aruf
Ta’aruf itu mengungkapkan semua tentang diri kita, termasuk tentang
keluarga kita dan kekurangan-kekurangan kita, sekaligus menanyakan tentang
dirinya, tentang keluarganya, dan tentang kekurangan-kelebihannya.
Kejujuran dalam ta’aruf menjadi faktor penting keberhasilanmu untuk ta’aruf.
Itulah kenapa harus melalui perantara yang benar-benar bisa dipercaya dan
jujur. Agar ia mempertemukanmu dengan orang yang juga ia percaya dan tidak
main-main.
![]() |
jujur via diahprita.blogspot.com |
8.
Menjaga rahasia
Karena banyak hal rahasia yang mungkin akan terungkap dalam proses ta’aruf
itu, maka saling berjanjilah untuk menjaga rahasia. Semua hal yang teruangkap
dalam proses ta’aruf tidak boleh keluar dari orang-orang yang terlibat. Itulah,
sekali lagi, kenapa harus memilih perantara yang benar-benar kamu percaya.
9.
Siap hadapi segalanya
Ta’aruf itu hanya sebuah ikhtiar, sebuah usaha. Maka bersiaplah
menghadapi segala kemungkinan. Kemungkinan untuk lanjut ke pernikahan, atau
kemungkinan gagal ke pelaminan. Bersiap juga kalau misalnya calon pasanganmu
menginginkan menikah dalam waktu tidak terlalu lama. Menyatakan siap ta’aruf,
berarti kamu menyatakan untuk siap menikah dalam waktu dekat. Bukan ta’aruf
namanya kalau nikahnya masih nunggu kakakmu nikah yang entah kapan itu terjadi.
10.
Ta’aruf itu sejatinya seumur hidup kita
Ketika
kamu kemudian menikah, sejatinya proses perkenalan itu akan berlangsung seumur
pernikahan kamu. Kamu akan menua dan akan berubah. Diapun tumbuh dan berubah.
Waktu menjadikan kalian tidak sama lagi. Perubahan itulah yang membutuhkan
perkenalan tak kenal henti. Kalian harus saling berusaha mendekat, berusaha
toleran, seperti selayaknya dua batang kayu yang berbeda: agar mereka dapat
menempel rekat, maka masing-masing harus rela diserut, ditatah, dan dibentuk
agar dapat menyatu sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar