
Fata baru berusia 6 bulan ketika kami menyadari ada janin di rahim ibunya. Antara senang dan kaget waktu itu. Sebelum istri hamil, memang saya sempat berkelakar ingin segera memiliki anak lagi, dan semoga anaknya perempuan. Tapi sebenarnya tak begitu serius kelakaran waktu itu. Dan ternyata Alloh mengabulkan perkataan saya. Istri mengandung, dan beberapa bulan setelahnya diprediksi bahwa anak ke dua kami adalah perempuan. Istilah Jawanya, Fata ‘kesundul’, karena seakan tak sengaja mendapatkan adik ketika usia masih kecil. Sebenarnya sih antara kesundul dan tak kesundul, karena tadinya kami berencana memprogram agar adiknya Fata lahir ketika istri skripsi, agar tak terlalu mengganggu kuliahnya. Tapi ternyata Alloh memberi 3 bulan lebih cepat, lahir tepat setelah umminya selesai ujian tengah semester :D.
Tentu tak begitu mudah ketika istri hamil, dengan kondisi yang tak begitu fit, sedangkan Fata masih suka bermanja-manja, minta gendong, dan masih nenen. Kata orang-orang tua dulu, tak boleh menyusui ketika hamil. Tapi menurut dokter dan referensi yang kami dapat, tak masalah menyusui ketika hamil sepanjang tak ada masalah dengan ibunya. Akhirnya sampai umur 13 bulan, Fata masih mendapatkan ASI, sampai akhirnya tersapih dan tergantikan dengan botol dan susu UHT. Tak lulus ASI sampai dua tahun seperti yang dianjurkan, tapi insya Alloh itu pilihan terbaik yang bisa kami berikan.
Selama kehamilan, kami berusaha untuk memahamkan bahwa akan ada adik yang nanti muncul, dan sekarang masih di dalam perut. Entah mengerti atau tidak, selama istri hamil, Fata hobi mencium dan melihat perut gendut umminya, bahkan masih dicarinya sesaat setelah adiknya lahir dan perut umminya kembali kempes. Alhamdulillah, Fata terlihat tak pernah cemburu dengan adiknya. Ketika saya, umminya, maupun mamak yang di rumah menggendong adiknya pun tak pernah diprotes, asalkan dia boleh mencium adiknya. Ketika bobok di kamar, di bouncer, maupun di kasur bayi, adiknya sering ‘ditubruk’ lalu dicium dan kadang dijilati. Tapi alhamdulillah, sampai sekarang semua masih aman, tak pernah merebut barang-barang ataupun menyakiti adiknya. Meskipun kadang ketika tak dipakai adiknya, bouncer dan barang-barang lain yang memang dulu punya Fata, dipakai, dinaiki dan ingin tidur di sana, padahal sudah tak sesuai dengan bobot dan umur Fata sekarang.
Urusan bobok, sejak tak lagi minum ASI, bobok Fata menjadi urusan abinya. Meski kadang saya tak selalu berhasil membobokkan, dan harus umminya yang turun tangan, tapi kalau malam, Fata bobok sama abinya. Maka saya telah hafal kapan ketika terbangun ia pengen susu, atau pengen pindah posisi dan dikeloni sama umminya. Agak trenyuh kadang ketika ia hanya melihat dengan wajah mupeng waktu umminya sedang ngeloni adiknya. Karenanya, kalau adiknya sudah bobok, istri sengaja mendongeng dan membacakan buku untuk Fata, agar tak merasa dinomorduakan karena kemunculan adiknya.
Alhamdulillah, kami sedang diberi kesempatan untuk belajar membagi cinta tanpa mengurangi cinta kepada yang lainnya. Cinta kami kepada Husna, tentu saja tak akan mengurangi cinta kepada Fata. Dan sebaliknya, cinta kepada Fata semoga juga tak menomorduakan cinta kami kepada Husna. Saya pernah diprotes istri gara-gara belum pernah membuat tulisan khusus buat Husna, padahal dulu saya rajin membuat tulisan untuk Fata, bahkan puisi. Dan memang seingat saya baru ‘Soft Launching Nailal Husna’ saja yang saya tulis untuk putri cantik kami itu. Tapi keknya itu bukan ukuran cinta dan tidak cinta deh, hehe.
Semoga Alloh memudahkan urusan ini, memberi kami kesabaran lebih untuk mendidik masing-masing anak kami sesuai porsi dan kebutuhannya. Tak mudah dan sedikit lelah, tapi kalau yang lain bisa, insya Alloh Tuhan akan memudahkan kami juga untuk menunaikan tugas ini.
Mohon saran dari para suhu dan senior yang telah lebih dulu mengalami hal yang kami alami ini :D
Terimakasih dan salut luar biasa Ummu Husna yang setia dan sabar menghadapi kehebohan Fata dan sedikit kerewelan si kecil Husna. We love you, my dear...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar