22/07/11

Berkelahi karena Anak Berkelahi

Pak Merino, bukan nama sebenarnya, berang terhadap keluarga Bu Elle, nama samaran juga. Galbert, anak Pak Merino, diduga terkena pukulan Zildjan, anaknya Bu Elle saat mereka bermain bersama kemudian berebut mainan. Pak Merino kesal karena mainan yang diperebutkan adalah mainan Galbert, dan Galbert pula yang dipukul. Sudah mainannya direbut, dipukul pula. Melihat anaknya menangis dan mainannya rusak, emosi Pak Merino memuncak sampai ke ubun-ubun dan langsung mendatangi rumah Bu Elle. Maksud hati adalah untuk melampiaskan kemarahannya, dan memberi tahu Bu Elle agar Zildjan dimarahi untuk tidak lagi memukul dan merebut mainan Galbert lagi. Untungnya Bu Elle sedang tidak ada di tempat. Hanya pembantunya yang akhirnya hanya geleng-geleng melihat kemarahan Pak Merino. Bagaimana dengan Galbert dan Zildjan? Mereka kembali bermain berdua dan seolah terhapus semua yang terjadi sebelumnya. Kali ini gantian mainan milik Zildjan yang dimainkan berdua. Dan bagaimana Pak Merino? Masih dongkol J

Ketika kita bermasyarakat, anak-anak kita pun juga belajar untuk bermasyarakat. Biasanya dalam lingkungan kita, ada beberapa anak yang sebaya dengan anak kita. Mereka bermain bersama selayaknya apa yang dilakukan anak-anak seusianya. Tapi kadang anak-anak yang bermain dengan anak kita bukanlah anak-anak seperti yang kita harapkan. Mereka dibesarkan dan dididik dengan gaya didikan yang berbeda dengan anak kita, mereka memiliki kondisi keluarga yang berbeda dengan kondisi keluarga kita. Dan tak jarang, anak-anak itu berkelahi karena beberapa hal, dan biasanya sepele. Kadang anak kita yang bersalah, terkadang anak kita yang disalahi atau menjadi korban. Hal yang biasa terjadi, namanya juga anak-anak.

Tapi kenapa Pak Merino sampai harus marah-marah dan melabrak keluarga Bu Elle karena mainan anaknya direbut dan anaknya terkena pukulan? Bisa jadi karena terlalu sayang dengan anaknya, boleh jadi karena tak ingin anaknya terlihat menjadi seorang pecundang, atau bisa saja karena sebenarnya sedang memiliki masalah, dan bertambah emosi setelah dipicu berantemnya anaknya dengan anak tetangga. Berawal dari naluri orang tua yang ingin anaknya menjadi anak yang hebat, berapa orang lebih senang melihat anaknya mempecundangi anak yang lain dan tidak terima ketika anaknya dipecundangi oleh anak yang lain. Tapi apakah perlu, orang tua harus ikut berkelahi ketika anaknya berkelahi dengan temannya? Saya rasa kita sepakat bahwa itu bukan tindakan dewasa dan contoh yang baik bagi anak-anak kita. Mungkin tidak berani melabrak langsung, tpi marah-marah di dalam rumah dan di depan si anak, maka secara tak sadar kita mengajari anak kita untuk menyimpan dendam kepada teman-temannya.

Anak-anak itu, anak kita juga

Hal yang sering kita lupakan adalah, apa yang dilakukan anak kita di luar rumah bersama teman-temannya sering kali tak dapat kita kontrol. Bagaimana teman-temannya, banyak berpengaruh terhadap bagaimana anak kita. Apa yang mereka katakan, akan dengan mudah ditiru oleh anak kita. Apa yang mereka lakukan, akan dengan mudah pula dicontoh oleh anak kita. Kecuali kalau kita mengambil kebijakan untuk mengisolasi anak kita, tidak mengijinkannya bermain dengan anak orang lain, dan hanya membolehkan untuk bermain di rumah dengan saudara-saudaranya sendiri, saya rasa tidak ada pilihan lain kecuali menganggap bahwa teman-teman anak kita adalah juga anak kita. Maksudnya adalah, kita juga memiliki kewajiban untuk ikut mendidiknya. Tentu tidak sama dengan kewajiban se-orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Tapi semangat yang kita bangun dalam benak kita adalah, kalau teman-teman anak kita baik, maka semoga saja anak kita tertular menjadi baik. Dan sebaliknya.

Maka tak masalah, sesekali ikut menegur anak-anak yang bermain di rumah kita atau yang sedang bermain dengana anak kita. Atau sesekali memberi masukan kepada orangtuanya. Tentu dengan cara yang baik dan sesopan mungkin. Saya rasa itu lebih bermanfaat dan bermartabat ketimbang menyimpannya dalam hati, menjadikannya alasan untuk marah-marah, atau bahkan sampai ikut berkelahi ketika anak kita berkelahi.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post