07/07/11

Komitmen dan Cinta

Kulitnya hitam. Wajahnya jelek. Usianya tua. Waktu pertama kali masuk ke rumah wanita itu, hampir saja ia percaya kalau ia berada di rumah hantu. Lelaki kaya dan tampan itu sejenak ragu kembali. Sanggupkah ia menjalani keputusannya? Tapi ia segera kembali pada tekadnya. Ia sudah memutuskan untuk menikahi dan mencintai perempuan itu. Apapun resikonya.

Suatu saat, perempuan itu datang padanya, “Ini emas-emasku yang sudah lama kutabung, pakailah ini untuk mencari wanita idamanmu, aku hanya membutuhkan status bahwa aku pernah menikah dan menjadi seorang istri.” Tapi lelaki tua itu malah menjawab, “Aku sudah memutuskan untuk mencintaimu. Aku takkan menikah lagi.”

Semua orang terheran-heran. Kelaurga itu tetap utuh sepanjang hidup mereka. Bahkan mereka kemudian dikaruniai anak-anak dengan kecantikan dan ketampanan yang luar biasa. Bertahun-tahun kemudian orang-orang ini menanyakan rahasia ini padanya. Lelaki tua itu menjawab enteng, “Aku memutuskan untuk mencintainya. Aku berusaha melakukan yang terbaik. Tapi perempuan itu melakukan semua kebaikan yang bisa ia lakukan untukku. Sampai aku bahkan tidak pernah merasakan kulit hitam dan wajah jeleknya dalam kesadaranku. Yang kurasakan adalah kenyamanan jiwa yang melupakan aku pada fisik.”


Begitulah Anis Matta mengabadikan sebuah fragmen cinta dua orang manusia yang luar biasa dalam sebuah tulisannya di Serial Cinta.

Komitmen Menumbuhkan Cinta, Cinta Melahirkan Komitmen

Tak semua pernikahan didahului dengan rasa cinta yang meluap-luap, memang. Terkadang ada dua manusia sebelumnya tak saling cinta tapi disatukan dalam ikatan pernikahan. Meski lumrahnya pasangan yang menikah seharusnya adalah pasangan yang sudah saling jatuh cinta sebelumnya. Namun ketika ikrar pernikahan diucapkan, ada satu konsekuensi besar yang harus ditanggung. Kalau Anda sebagai suami, maka satu kalimat dalam ijab qabul itu berarti mengambil alih hak dan kewajiban orangtua kepada anak gadisnya dan mengalihkannya menjadi kewajiban Anda sebagai suami kepada istrinya. Dahsyat!

Maka sepertinya ada suatu yang tak kalah penting dibandingkan dengan cinta dalam pernikahan. Komitmen. Karena ternyata sangat jamak pasangan yang cintanya menggebu sebelum menikah, tapi redup dan mati ketika pernikahan belum juga genap setahun. Sebaliknya, banyak pernikahan yang langgeng meski hanya didahului dengan beberapa kali pertemuan dan dilanjutkan dengan pernikahan.

Ketika Anda meminang dan menikahi seorang gadis, maka seharusnya Anda juga berkomitmen untuk mencintainya, menyenangkannya, mendidiknya, dan memberinya nafkah. Ketika Anda sebagai wanita menerima pinangan dan kemudian bersedia dinikahi oleh seorang laki-laki, maka tentu saja Anda juga harus berkomitmen untuk menghormatinya, mentaatinya, dan menjaga kehormatannya. Begitulah, komitmen akan mendorong kita untuk melakukan hal-hal terbaik yang kita miliki. Hal-hal yang baik itu, secara fitrah akan melahirkan benih-benih mahabbah dalam hati manusia. Maka komitmen yang besar dalam pernikahan, akan melahirkan cinta yang tak akan pernah padam.

Begitupun ketika Anda jatuh cita kepada pasangan Anda. Cinta sejati hanya mengenal satu kata, yaitu memberi. Maka para pecinta akan mewujudkan cintanya dengan memberikan segala yang terbaik untuk orang yang dicintainya. Istri yang mencintai suaminya tentu akan memberikan segala yang terbaik yang ia miliki untuk kebahagiaan suaminya. Suami yang mencintai istrinya sudah pasti akan mempersembahkan hal-hal terbaik yang ia miliki untuk istrinya. Pemberian terbaik itulah yang disebut dengan komitmen.

Itulah, pernikahan barokah itu adalah ketika cinta menguatkan komitmen yang terbaik antara suami dan istri dan komitmen itu akan melahirkan cinta yang suci antara suami dan istrinya. Cinta melahirkan komitmen, komitmen menumbuhkan cinta. Begitulah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post