14/07/11

Anak Anda Nakal? Jongkoklah!

Saya mungkin termasuk ayah yang tidak begitu sabar menghadapi anak. Semakin besar, keinginan si sulung semakin besar pula. 19 bulan umurnya sekarang, dan semakin hari semakin bertambah daftar keinginannya untuk dipenuhi. Masalahnya, dia sudah bisa mengungkapkan keinginannya sekaligus tak mudah dialihkan perhatiannya. Sekali menyebut keinginan, susah untuk membuatnya lupa atas keinginannya. Masalah ke dua, bahasa yang digunakan kadang bahasa yang hanya diketahui dirinya sendiri dan Tuhannya, dan keinginannya lebih sering tidak match dengan apa yang ingin kita lakukan. Misalkan, suatu ketika dia merengek-rengek bilang, “Koak, koak”. Ternyata yang diinginkannya adalah mencari kecoak, yang sebenarnya ketika dia sudah menemukan kecoaknya maka dia akan lari dan minta gendong. Atau dia bilang, “Meot, meot”, sambil ngaduk-aduk bantal. Apa yang dicari? Remot AC yang memang sering nyempil di bawah bantal. Kalau dia mengatakan, “Bio, bio”, maka itu berarti dia ingin melihat video yang sering kami rekam di HP. Dalam banyak kata sebenarnya dia sudah bisa menyebutkan dengan sangat jelas, tapi beberapa kata memang tak pernah jelas disebutkannya. “Copot”, misalnya, dia mengatakan dengan, "Otop”.

Sebenarnya ‘perbedaan bahasa’ itu tak masalah kalau dia bersedia menunjukkan apa yang sebenarnya diinginkan. Tapi ‘kan tak semua hal yang ia inginkan bisa ia tunjukkan dengan jari telunjuk dan langkah-langkah kecilnya. Di situlah kadang-kadang kami berdua menjadi sama-sama emosi. Fata emosi dan menangis karena keinginannya tak terpenuhi, saya emosi karena tak bisa memenuhi keinginannya. Ada sumbatan komunikasi yang menyebalkan di situ. Kalaupun saya mengerti apa yang diinginkannya, tak selalu saya bisa menurutinya. Kemarin, siang hari bolong dia minta jalan-jalan naik mobil. Harus naik mobil, tidak mau naik motor. Saya tak bisa menurutinya, dan jadilah dia menangis sesiangan.

Sebenarnya kalau Anda membaca sedikit cerita-cerita saya tadi, mungkin Anda berpikir tak seharusnya itu dianggap sebagai suatu yang menjengkelkan. Bukankah itu semua hal-hal yang lucu? Ya, memang lucu kalau kita membicarakannya dengan suasana hati yang nyaman seperti saat ini. Tapi sama sekali tak lucu kalau pikiran kita sedang bercabang ke mana-mana, atau hati kita sedang galau memikirkan pekerjaan-pekerjaan di luar rumah. Dengan suasana hati seperti itu kadang kerewelan anak memberikan 1001 alasan untuk memarahinya.

Tapi kalau kita pikir-pikir, ada gunanya gak sih memarahi bayi berumur 19 bulan? Pasti tak ada manfaatnya kecuali mungkin memberikan sedikit kepuasan bagi kita karena merasa berkuasa atas anak kita, meski pasti setelah itu diikuti dengan rasa penyesalan di hati kita. Tapi nyatanya kadang saya marah juga dengan tingkahnya si kecil. Ketika malam-malam menangis dan tak jelas keinginannya, ketika dia punya keinginan dan tak mau ditangguhkan untuk dituruti, atau ketika dia melakukan hal-hal yang meski sebenarnya tak salah, tapi membuat saya jengkel.

“Ruhiyah abi sedang jelek...”, begitu kata istri kalau melihat saya memarahi Fata yang sebenarnya belum tahu apa-apa. Dan memang sepertinya begitu. Kondisi psikis kita, kondisi hati kita, bahkan kondisi keimanan kita akan sangat berpengaruh terhadap cara pandang kita terhadap sesuatu. Ketika psikis kita sedang tidak fit, tentu tingkah anak dalam mengekspresikan kecerdasannya tidak terlihat sebagai sebuah kelucuan yang menyenangkan, tapi kadang menjadi sesuatu yang menjengkelkan. Maka berikanlah kondisi psikis, hati, dan keimanan kita yang terbaik untuk anak-anak kita. Tak perlu semuanya berlalu menjadi kenangan dulu, baru kita bisa merasakannya sebagai sesuatu yang manis dan menyenangkan.

KETIKA EMOSI TAK TERTAHANKAN

Kadang memang kita tak dapat menahan emosi kita pada anak yang rewel, yang susah menuruti keinginan kita, maupun yang tak kita mengerti keinginannya. Padahal, sampai umur tertentu, sepertinya tak ada manfaatnya memarahi anak. Maka, bagaimana kalau emosi kita sudah sampai ubun-ubun? Dua tips untuk Anda agar tidak jadi marah :)

Tarik nafas yang dalam
Ini tips yang diberikan salah saeorang trainer hypno parenting. Dan sepertinya memang agak susah untuk marah setelah kita menarik nafas yang dalam. Jadi ketika akan marah, silakan tarik nafas yang dalam dulu, baru marah :)

Anak Kita adalah Ciptaan Alloh
Ingatlah, bahwa sebenarnya anak kita adalah ciptaan dan titipan Alloh. Maka ketika si anak sedang bertingkah dengan lucu-lucunya atau menyebalkan-menyebalkannya, katakan, "Subhanalloh, ciptaan Alloh...". Anak nakal, atau anak banyak akal itu tergantung bagaimana kita melihatnya.

Duduk
Kata Nabi, “Kalau kalian marah, maka duduklah. Kalau tidak hilang juga, maka berbaringlah”. Kalau istri saya, jongkok dan melihat ekspresi lucu si kecil ketika sedang merengek-rengek minta sesuatu. Sepertinya juga susah untuk marah kalau posisi kita sedang jongkok. Kecuali anda suka marah-marah sambil jongkok, maka kalau marah sama anak Anda, jongkoklah!

Anda punya tips lain? Silakan dibagi di sini J

Keterangan gambar : fata sedang berusaha menyalakan mesin cuci untuk mandi 

2 komentar:

  1. fotonya persis dgn anak saya
    di dalam mesin cuci, hihi

    BalasHapus
  2. oiya?

    Profile Picturenya juga lucu... Hikori dan Hoshi. Lucu banget sih :D

    BalasHapus

Ads Inside Post